Followers

Friday, December 9, 2011


Arti Sahabat Sejati

Sahabat sejati adalah sesorang yang mau mendengarkan kita di sa’at suka maupun duka bahkan sahabat sejati itu rela berkorban apa saja yang dimilikinya untuk seorang sahabat.
Sahabat sejati adalah seorang yang bisa kita percaya dan saling tukar menukar pendapat dan sesorang yang saling memberi dan tidak pernah mengharapkan imbalan dari kita.
Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kamu cintai.. Bukan karena kamu jatuh cinta padanya, namun kamu peduli akan orang itu, dan kamu memikirkannya ketika mereka tidak ada.
Sahabat-sahabat adalah orang dimana kamu diingatkan ketika kamu melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai, dan kamu tahu itu karena kamu mengenal mereka dengan baik.

Mereka adalah orang-orang yang fotonya kamu miliki dan wajahnya selalu ada di kepalamu.
Mereka adalah orang-orang yang kamu lihat dalam pikiran mu
Mereka adalah orang-orang yang diantaranya kamu merasa aman
karena kamu tahu mereka peduli terhadapmu.
Mereka menelpon hanya untuk mengetahui apa kabarmu,
karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasanpun.
Mereka berkata jujur dan kamu melakukan hal yang sama.

Kamu tahu bahwa jika kamu memiliki masalah, mereka akan bersedia mendengar.

Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu atau menyakitimu,dan jika mereka benar-benar menyakitimu,mereka akan berusaha keras untuk memperbaikinya.

Mereka adalah orang-orang yang kamu cintai dengan sadar ataupun tidak.
Mereka adalah orang-orang dengan siapa kamu menagis ketika kamu tidak diterima di perguruan tinggi negeri dan orang-orang yang menangis lantaran berat untuk berpisah denganmu di pesta perpisahan kelas.
Mereka adalah orang-orang yang pada saat kamu peluk, kamu tak akan berpikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri.
Mungkin mereka adalah orang yang memegang cincin pernikahanmu, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu pada saat pernikahanmu, atau mungkin dialah orang yang kamu nikahi.

Mengapa beberapa orang dapat belajar dengan cepat?
Kenyataannya adalah sebagian besar dari prestasi saya relatif biasa-biasa saja. Saya sudah berkesempatan untuk bertemu poliglot yang menguasai 8 bahasa, orang yang menguasai tiga bidang ilmu, serta siswa yang meningkat dari rata-rata C atau B menjadi A+ dengan waktu belajar yang lebih pendek.
Kisah ini bukanlah tentang betapa hebatnya saya (saya jelas tidak) dan juga bukan tentang prestasi fantastis pelajar lain. Kisah ini bercerita tentang sebuah pemahaman: bahwa orang pintar tidak hanya belajar lebih baik, mereka juga belajar dengan cara berbeda.
Strategi yang berbeda inilah, tidak hanya semata keberuntungan dan kesombongan, yang membedakan pelajar cepat dari orang-orang yang berjuang untuk belajar.
Sebagian besar sumber mengatakan bahwa sumber perbedaan nilai IQ dalam suatu kelompok kira-kira setengah gen dan setengah lingkungan. Saya tidak akan mengurangi angka itu. Beberapa orang mendapat bagian lebih besar dari gen. Beberapa orang tua membacakan Chaucer dan mengajarkan mekanika kuantum untuk anak-anak mereka.

Thursday, November 17, 2011

Bukittinggi is Minangkabau Cities


 HISTORY

Bukittinggi city began to stand in line with the arrival of the Dutch who later founded the fort in 1825 during the Padri War in one of the hill contained in this town, known as the fortress Fort de Kock, as well as a resting place for the Dutch officers who were in area towns. Later in the reign of the Dutch East Indies, this area always increased role in state administration which later developed into a Stadsgemeente (city), and also served as the capital Afdeeling Padangsche Bovenlanden and Onderafdeeling Oud Agam.
 
During the Japanese occupation, the town of Bukittinggi used as a control center for the region of Sumatra military government, even to Singapore and Thailand, where the city became the seat of the military commander to 25 Kenpeitai, under the command of Major General Hirano Toyoji. Later town changed its name from Fort de Kock Stadsgemeente be Bukittinggi The Yaku Sho, whose land extended to include village-like surrounding villages Sianok Anam Tribe, Gadut, Kapau, Ampang Tower, Bukit Batu Taba and Batabuah. Now the village-the village into the Agam regency.



After the independence of Indonesia, was elected Bukittinggi Sumatra's provincial capital, with its governor Mr. Teuku Muhammad Hasan. Then Bukittinggi is also defined as an area of ​​city government based on the assessment of Sumatra Province Governor No. 391 dated June 9, 1947.  

At times defend the independence of Indonesia, the City Bukitinggi role as the city struggles, where on 19 December 1948, the city is designated as the capital city of Indonesia after the Yogyakarta fall into the hands of the Dutch or known by the Emergency Government of the Republic of Indonesia (PDRI). Later on, the event was designated a State-Defense Day, according to the Republic of Indonesia Presidential Decree No. 28 of 2006 dated December 18, 2006.
***

TRANSPORTATION

Bukittinggi is connected to Padang by road, though a dysfunctional railway line also exists. For inner-city transport, Bukittinggi employs a public transportation system known as IKABE that connect locations within the city. The city also still preserves the traditional horse-cart widely known in the area as Bendi, although the use is limited and more popular to be used as vehicle for tourist, both domestic and foreign.

  TOURISM 

It is a city popular with tourists due to the climate and central location. Attractions within the city include:

  1.   Ngarai Sianok (Sianok Canyon

  2.    Lobang Jepang (Japanese Caves) - a network of underground bunkers & tunnels built by the Japanese during World War II

  3. Jam Gadang (Big Beng) - a large clock tower built by the Dutch in 1926.

  4.  Pasar Atas and Pasar Bawah - traditional markets in downtown.

  5. Taman Bundo Kanduang park. The park includes a replica Rumah GAdang (literally: big house, with the distinctive Minangkabau roof architecture) used as a museum of Minangkabau culture, and a zoo. The Dutch hilltop outpost Fort de Kock is connected to the zoo by the pedestrian overpass.

  6. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta (Museum of Bung Hatta Birthplace) - the house where Indonesian founding father Mohammad Hatta was born, now a museum.

    Notable nearby destinations include Lake Maninjau and the Harau Valley.






Sianok Canyon
Jam gadang
Pasar Bawah

Rumah Gadang

Fort de Kock
Museum Bung Hatta